Minggu, 10 Januari 2010

Fenomena Rujak Cingur dan Tahu Campur...

   Emmm mantap dah... begitu kata teman lama sambil keringatan karena pedas menikmati sensasi khas tahu campur di trotoar Jl. Garuda, Kemayoran, Jakarta Pusat. Seperti tidak puas, dia ancang-ancang mau memesan rujak cingur juga. ‘Mumpung ketemu So..menu langka, menu langka…’, dan begitu rujak cingur itu terhidang, dengan semangat reformasi, langsung sesendok dua sendok dan seterusnya, ulegan bumbu petis plus sayuran, tempe, tahu, lontong, timun dan cingur sudah pindah ke perutnya. Wuih, … sangat ganas dan bisa dibayangkan nasib organ pencernaannya menerima ‘pemasukan’ yang bercampur aduk seperti itu..hehe.:)

   Sejak awal sudah saya duga kalo Mbah Paul (begitu kami biasa guyon) pasti akan bilang begitu, mengingat makanan ini jarang ada di Jakarta, dan kalo pun ada, dijamin jumlahnya hanya sedikit, dan itu pun rasanya kadang..yah begitu saja, masih jauh dari rasa khas asli di kota asalnya, Lamongan dan Surabaya.

   Tahu Campur sendiri adalah makanan semacam sop sapi plus jerohan yang penghidangannya dicampur dengan petis, taoge rebus, slada, tahu, jemblem (semacam combro dari ketela pohon tapi tanpa isi) yang diiris kecil-kecil, plus mie keriting sebagai topping. Dihidangkan panas-panas, plus jeruk anget sudah cukup membuat Pak Bondan bilang ‘Mak Nyus..’ ato Fauzi Baadilah manggut-manggut sambil bilang ‘Ajiiiiiib‘…

   Sedangkan Rujak Cingur wujudnya berupa campuran irisan tahu, tempe, sayuran (taoge dan kangkung rebus), ulegan petis+kacang+pisang klampok mentah sedikit plus air aga adonan menjadi seperti pasta dengan Cingur sebagai khasnya. Lebih baik tidak perlu tahu apa cingur itu, karena kalo anda tahu bahwa cingur itu hidungnya sapi, saya yakin anda akan berpikir dua kali untuk mencaplok jenis makanan khas Jawa Timur ini. Ato kalo terpaksa, anda bisa melahapnya dengan merem…

   Yang jelas, benang merah dua jenis masakan ini adalah petis. Sebuah bahan eksotik yang terbuat dari udang atau ikan-ikan kecil sisa hasil tangkapan nelayan yang tidak laku dijual, diolah dan dibikin menjadi pasta berwarna hitam, dengan aroma khas sedikit amis dan rasa yang khusus. Petis menjadi bahan inti yang membedakan Tahu Campur dengan Sop Daging/Babat dan Rujak Cingur dengan Karedok atau Gado-gado…

   Mmm, bagi teman saya ini, menikmati Tahu Campur dan Rujak Cingur bukan sekedar menikmati sebuah hidangan, tapi ada nilai lebih untuk memenuhi hasrat kangen pada kampung kelahirannya. Lagi-lagi sebuah pelajaran untuk menghargai asal diri, dan penghormatan atas kenangan dimasa lalu yang tertuang dalam citarasa sebuah hidangan, untuk menjadi tenaga baru saat esoknya dia kembali bekerja…

   Begitulah, sepertinya akan ada wisata kuliner lanjutan, karena saat berpisah, teman yang satu ini masih berkata, ‘ So, ntar kalo kesini lagi, kita cari yang khas lainnya ya…‘

  Hmm, dan sudah terbersit dipikiran saya akan lezatnya Nasi Bebek ato Rawon..hehe, so pasti..the next…

Selamat menikmati….:)



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar